Jumat, 17 Agustus 2007

Marifatul Insan


I.
Penciptaan Manusia

Manusia diciptakan Allah untuk menjadi penghuni dunia ini dengan tugas – tugas yang telah ditetapkan, adapun manusia diciptakan oleh Allah pertama – tama dari tanah, kemudian diciptakan dari air yang amat hina (mani) yang dibentuk dalam rahim dan ditiupkan roh-Nya serta diberi perlengkapan indera,sehingga menjadi mahluk yang sempurna.

Perhatikan ayat dibawah ini :

وَحِفْظاً مِّن كُلِّ شَيْطَانٍ مَّارِدٍ ﴿٧﴾ لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِن كُلِّ جَانِبٍ ﴿٨﴾ دُحُوراً وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ ﴿٩﴾

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.(32:7-9)

II. Nafs (Jiwa) Manusia

Bila kita perhatikan ayat diatas maka jasad manusia itu ada dua komponen dasar, yaitu komponen langit yang berupa ruh Allah dan komponen bumi yaitu Jasad (tanah), komponen langit akan senantiasa menuntut kebutuhan sesuai dengan kebutuhan rohani yang datang dari Allah yaitu Ad dien, sedangkan komponen bumi akan senantiasa menuntut kebutuhan jasmani, yaitu kebutuhan jasad material yang berasal dari bumi yaitu berupa makanan dan kesenangan – kesenangan.

Manusia yang terdiri dari dua komponen ini pantaslah Allah memberi Nafs (jiwa) kepada manusia yang terkadang cenderung kepada fujur dan terkadang cenderung kepada taqwa.

Sebagaimana firman Allah dibawah ini :

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا ﴿٧﴾ فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ﴿٨﴾ قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا

”dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu”.(91:7-9)

Apabila kecenderungan itu selalu kepada ketaqwaan, maka manusia dapat senilai dengan alam malaikat, yaitu senantiasa untuk melaksanakan perintah Allah dan tidak bermaksiat kepadanya sedikitpun, sebagaimana ayat dibawah ini :

لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾ ….

……”tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(66:6)

Sedangkan apabila manusia selalu cenderung kepada fujur, maka ia akan senilai dengan alam binatang, sebagaimana ayat dibawah ini :

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ﴿١٧٩﴾

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(7:179)

Dari uraian tersebut, maka pada garis besarnya nafsu itu terbagi menjadi dua, yaitu :

1. An Nafsul Muthmainah, dan

2. An Nafsul Amarah

1. Nafsul Muthmainah

An Nafsul Muthmainah adalah Nafs yang selalu tenang, tenteramdan bahagia karena ia selalu berdampingan dengan Allah atau berdampingan dengan tuntunan Allah, sebagaimana firman-Nya :

أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿٢٨﴾

……”Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.(13:28)

Karena itu Allah menyeru kepada An Nafsul Muthmainah untuk selalu mengikuti Petunjuk-Nya sebagaimana ayat dibawah ini :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾

Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,dan masuklah ke dalam surga-Ku.(89:27-30)

2. Nafsul Amarah

An Nafsul amarah ialah nafsu yang selalu memerintahkan kepada kejahatan (Fujur), sebagaimana ayat dibawah ini :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(12:53)

An Nafsul Amarah inilah yang disebut hawa nafsu, dimana sebagian manusia ada yang menjadikannya sebagai ilah (tuhan)nya. Sebagaimana ayat berikut :

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً ﴿٤٣﴾

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?(25:43)

Hawa nafsu dalam bahasa arab disebut هوى (Hawa), Hawa adalah kecenderungan/keinginan kepada sesuatu yang rendah yang bias menjatuhkan orang-orang yang memperturutkan (mengilahkan)nya kepada kehancuran, oleh karena itu Allah memberikan peringatan jangan sampai mengikuti hawa nafsu orang-orang kafir, karena akibatnya akan membuahkan kerusakan dan kehancuran, sebagaimana dinyatakan dalam ayat dibawah ini :

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ ﴿٧١﴾

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.(23:71)

Karena setiap manusia mempunyai hawa, maka harus ada jalan keluarnya, kemana hawa itu dapat disalurkan. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda :

“ Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga hawa nafsunya mengikuti kepada apa yang aku bawa “

III. Sifat dasar ( Thabi’at ) Manusia

1. Ketergantungan

خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢﴾

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(96:2)

2. Bentuk yang sebaik-baiknya.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ﴿٤﴾

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.(95:4)

3. Susah payah

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ ﴿٤﴾

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.(90:4)

4. Tergesa-gesa

خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ ﴿٣٧﴾

Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab) -Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.(21:37)

وَيَدْعُ الإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً ﴿١١﴾

Dan manusia mendo`a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo`a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.(17:11)

5. Keluh kesah

إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً ﴿١٩﴾

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.(70:19)

6. Lemah

يُرِيدُ اللّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمْ وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفاً ﴿٢٨﴾

IV. Tujuan Penciptaan Manusia

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ ﴿١١٥﴾

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (23:115)]

Allah menciptakan manusia tidaklah dengan percuma, melainkan dengan maksud dan tujuan agar manusia senantiasa menyembah-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam ayat dibawah ini :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

Wujud dari pengabdian atau penyembahan kepada Allah adalah dengan beribadah kepada-Nya dengan menuntaskan isi Dien-Nya. Demikianlah yang diperintahkan Allah kepada umat manusia berkaitan dengan penciptaannya, sebagaimana ayat dibawah ini :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.

V. Fungsi Manusia

Fungsi manusia di atas dunia ini adalah sebagai khalifah Allah, sebagaimana firman-Nya :

إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً….

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".(2:30)

VI. Tugas Khalifah

1. Menegakan Dienullah

Menegakan dien Allah ini adalah kewajiban yang kontinyu, yang berlaku baik dari nabi Adam as. Hingga Nabi Muhammad saw serta para pelanjut misi risalahnya sepanjang masa. Seperti yang dapat kita pahami dari ayat berikut :

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

“Dia telah mensyari`atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya).(42:13)

2. Menegakan Hukum Allah

Sebagaimana firman-Nya:

فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّه ﴿٢٦﴾

“maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah”.(38:26)

yang dimaksud haq/adil dalam ayat ini secara umum adalah wahyu Allah, baik dari nabi Adam as, dan lain-lain rasul sesudahnya. Sedangkan secara khusus untuk manusia akhir jaman ini yang dimaksudkan hak adalah Al-Quran karena Al-Quran inilah yang datang dari Allah SWT.

الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ ﴿١٤٧﴾

“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”.(2:147)

Yang datang dari Allah itulah Al-Quran, jadi selain dari Al-Quran adalah batil, sebagaimana firman-Nya :

فَذَلِكُمُ اللّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلاَلُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ ﴿٣٢﴾

“Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran”)?(10:32)

Orang yang tidak mau menegakan hukum Allah dalam Al-Quran ada tiga sebutan yaitu, Kafir, Dlalim dan Fasik.

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ ﴿٤٤﴾

“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.(5:44)

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿٤٥﴾

“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.(5:45)

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٤٧﴾

“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.(5:47)

3. Membangun Bumi Allah

Sebagaimana firman-Nya :

وَاذْكُرُواْ إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاء مِن بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِن سُهُولِهَا قُصُوراً وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتاً فَاذْكُرُواْ آلاء اللّهِ وَلاَ تَعْثَوْا فِي الأَرْضِ مُفْسِدِينَ ﴿٧٤﴾

“Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum `Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah ni`mat-ni`mat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan (7:74)

VII. Sarana / Perlengkapan

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Allah melengkapi manusia dengan sarana yang lengkap, sehingga dengan itu ia akan dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Adapun sarana yang diberikan Allah kepada manusia sebagai pelengkap dirinya adalah akal, Ilmu dan bahan.

1. Pemberian Akal

Satu-satunya mahluk Allah yang diberikan adalah manusia sesuai dengan fungsinya sebagai khalifah. Sebagaimana firman-Nya :

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ﴿٤﴾

“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya terbaiknya bentuk manusia itu karena dilengkapi akal. Demikian pula pada ayat berikut

وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿٧٨﴾

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

2. Pemberian Bahan

Untuk membangun bumi Allah diatas tidak cukup dengan akal dan ilmu pengetahuan saja, tetapi diperlukan bahan-bahan agar tugas membangun bumi ini benar-benar dapat dilaksanakan. Oleh karena itu Allah menyediakan bahan-bahan tersebut sebagaimana firman-Nya:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿٢٩﴾

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(2:29)

VIII. Kesimpulan

Manusia yang betul-betul faham atas dirinya yang begitu besar diangkat Allah sebagai khalifah dan diberi semua nikmat-Nya dengan lengkap berupa akal,ilmu dan ala mini untuk memakmurkan kehidupannya, pantaslah ia memahami tugas yang sebenarnya yang diberikan oleh penciptanya, yaitu beribadah kepedanya-Nya. Kalau ternyata manusia tidak mau tunduk dan beribadah kepada-Nya, maka janji Allah akan mencabut derajat manusia yang tinggi menjadi mahluk yang lebih hina dari hewan.sebagaimana firman-Nya :

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (7:179)